Vitamin A


Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan.
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari lemak. Gangguan absorbsi  lemak yang disebabkan oleh gangguan sistim empedu akan menyababkan gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific Binding Protein), dan karena tidal larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang dikeluarkan bersama-sama feses.
2.1. Provitamin A
Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor (provitamin). Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan. Struktur kimia β –karoten ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur kimia β – karoten
 

2.2. Struktur Kimia Vitamin A

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sifat Salam Nabi Muhammad SAW dalam Shalat

maaf yaa.. lama nggak posting, soalnya kemaren itu aku kelas XII, maklum persiapan buat ujian sekalian masuk perguruan tinggi. tapi pas udah masuk fakultas kedokteran, makin nggak ada waktu buat main-main internet. nah sekarang aku ada waktu santai buat posting nh.
kali ini adalah mata kuliah agama islam. dosennya minta sifat-sifat shalat nabi Muhammad SAW, dari absen, aku kena yang salam. maklumlah NIM aku 125, hampir terakhir. nh ini dia hasil yang aku dapatkan dari berbagai sumber. semoga bermanfaat bagi readers sekalian :).

Rukun salat yang ke-12 adalah memberi salam. Dalam hadist Rasulullah SAW yang berasal dari Amir bin Saad dari ayahnya, ia berkata: “Adalah aku melihat Nabi SAW memberi salam ke kanan dan ke kiri sehingga kelihatan putih pipinya.” (HR Ahmad dan Muslim, An-Nasai, Ibnu Majah).  

Ikhwal lafaz salam itu dijelaskan juga dalam hadist yang berasal dari Waa-il bin Hujur, ia berkata yang artinya: “Aku salat bersama Rasulullah SAW, maka ia memberi salam ke kanan assalamua laikum warahmatullahi wabarokatuh dan ke kirinya juga assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.” (HR Abu Daud).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kesalahan Dan Bid’ah Seputar Surah Yasin

Sebagai pelengkap pembahasan, berikut kami nukilkan juga potongan terakhir dari tulis Ust. Dzulqarnain di atas, yang membahas hadits-hadits tentang surah Yasin. Berikut tulisan beliau -hafizhahullah-:
Tidaklah diragukan bahwa Al-Qur`an Al-Karim mempunyai keutamaan yang sangat besar bagi siapa yang membacanya, menghafalkan, mempelajari dan mengajarkannya. Dan pada asalnya membaca surah dari Al-Qur`an sama dengan surah yang lainnya kecuali jika terdapat dalil yang menunjukkan tentang keutamaan khusus baginya. Demikian hal tersebut berlaku umum pada seluruh surah dari Al-Qur`an termasuk surah Yasin.
Setelah mengetahui lemahnya seluruh riwayat yang berkaitan dengan keutamaan surah Yasin, maka dapat dipahami bahwa banyak kesalahan dan bid’ah ditengah kaum muslimin yang terjadi akibat penerapan hadits-hadits lemah dan palsu, serta akibat pemahaman yang salah dan berlebih-lebihan terhadap hadits-hadits tersebut. Dan telah ditegaskan bahwa setiap ibadah yang dibangun di atas hadist yang lemah dan palsu maka itu terhitung bid’ah.
Berikut ini kami kumpulkan beberapa kesalahan dan bid’ah seputar surah Yasin agar kaum muslimin waspada darinya.
  1. Membaca Yasin dalam acara ta’ziyah kadang 1-7 hari, kadang sampai 40 hari dan ada pula lebih dari itu.
  2. Pembacaan Yasin saat akan berangkat haji dan berlanjut terus sampai yang pergi kembali dari hajinya.
  3. Membacakan Yasin pada orang yang sakaratul maut[1] dan membimbingnya membaca Yasin. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 27 ], [ 28 ], [ 29 ], [ 30 ].
  4. Membaca Yasin setelah mayat dikuburkan.
  5. Mengirimkan Yasin untuk orang yang sudah meningggal.
  6. Mengkhususkan membaca Yasin di kuburan, kadang pada hari jum’at, kadang selepas ‘Ied dan di waktu-waktu tertentu. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 22 ].
  7. Dijadikan pembukaan acara pengajian, ta’lim dan lainnya.
  8. Bacaan untuk awal ramadhan.
  9. Membaca Yasin pada malam Nisfu Sya’ban.
  10. Membacakan Yasin bagi yang sulit melahirkan.
  11. Membaca Yasin untuk menempati rumah baru, memakai kendaraan baru dan lain-lainnya.
  12. Membaca Yasin setiap malam agar diampuni dosannya. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 7 ], [ 9 ], [ 12 ], [ 13 ], [ 19 ], [ 20 ], [ 21 ].
  13. Membaca Yasin setiap hari agar diampuni dosannya. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 10 ].
  14. Membaca Yasin di awal siang agar dipenuhi hajatnya. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 8 ].
  15. Meyakini bahwa Yasin adalah jantung (pusat/inti) Al-Qur`an sehingga muncul perkara-perkara yang melampaui batas. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 15 ], [ 18 ], [ 23 ], [ 28 ].
  16. Meyakini bahwa membaca Yasin seakan-akan membaca Al-Qur`an dua kali, tujuh kali, sepuluh kali dan dua belas kali. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 16 ], [ 17 ], [ 18 ], [ 28 ].
  17. Keyakinan bahwa pembaca Yasin akan diliputi kebaikan dunia dan akhirat.
  18. Keyakinan bahwa Yasin adalah penolak bala dan malapetaka serta penjaga dari segala kejelekan.
  19. Beranggapan bahwa Yasin mencegah kengerian akhirat. Lihat kelemahannya tiga point terakhir dalam konteks hadits no. [ 1 ].
  20. Anggapan bahwa membaca Yasin sama dengan berhaji 20 kali. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 1 ], [ 4 ].
  21. Membaca Yasin pada setiap malam jum’at. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 11 ], [ 25 ].
  22. Kenyakinan bahwa siapa yang membaca Yasin pada pagi dan petang hari akan mendapat kemudahan. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 24 ].
  23. Yasin ditulis pada sebuah kertas kemudian diminum. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 1 ], [ 4 ], [ 5 ].
  24. Sebagai bacaan pada sholat empat rakaat antara rukun (hajar aswad) dan maqam. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 3 ].
  25. Bacaan supaya cepat nikah. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 6 ].
  26. Bacaan supaya menemukan barang hilang. Lihat kelemahannya dalam konteks hadits no. [ 6 ].
  27. Mengkhususkan membaca ayat 9
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ
Terhadap bahaya yang berada dihadapannya, dengan dalil bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dalam kisah hijrahnya, beliau dapat meloloskan diri dari kepungan dari musyrikin hanya dengan membaca ayat itu. Padahal riwayat tersebut dari jalan Al-Waqidy seorang pendusta dan jalan lain secara mursal atau mu’dhol (terputus) oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Qurozhy.
Wallahu Ta’ala A’lam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Hukum Seputar Sumpah

Allah Ta’ala berfirman:
فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan pertengahan yang biasa kalian berikan kepada keluarga kalian, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa yang tidak sanggup melakukannya, maka hendaknya dia berpuasa selama tiga hari. Itulah kaffarat sumpah-sumpah kalian bila kalian bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpah-sumpah kalian. Demikianlah Allah menerangkan kepada kalian ayat-ayatNya agar kalian bersyukur (kepada-Nya).” (QS. Al-Maidah: 89)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Keutamaan Surah Yasin

Berikut kami nukilkan artikel yang sangat bermanfaat dari majalah An-Nashihah yang ditulis oleh Ust. Dzulqarnain -hafizhahullah-, yang menjelaskan LEMAHNYA semua hadits yang menyebutkan keutamaan surah Yasin.
Karena panjangnya tulisan, maka kami membaginya menjadi 3 bagian, selamat membaca:

Ada beberapa hadits yang menyebutkan keutamaan surah Yasin. Diriwayatkan dari beberapa shahabat yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khoththob, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas’ud, ‘Abdullah bin ‘Umar,  Ma’qil bin Yasar, Ubay bin Ka’ab, Abu Darda`, Abu Dzar, dan ‘Abdullah bin Samjaj -radhiyallahu ‘anhum ajma’in-.

Berikut rincian hadits-hadits tersebut lengkap dengan penjelasan derajatnya dalam timbangan ahli hadits.

1. Hadits Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Hadits Abu Bakar datang dari dua jalan dengan kandungan hadits yang berbeda.

Jalan pertama : Diriwayatkan oleh Al-’Uqaily dalam Adh-Dhu’afa` 2/143, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 2/481/2465, Al-Khatib dalam Tarikh-nya 2/388 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 483 (cet Adhwa` As-Salaf) dari jalan Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Bakar Al-Jud’any dari Sulaiman bin Mirqo‘ Al-Junda’iy dari Hilal bin Sholt, sesungguhnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 1 ]
سُوْرَةُ يس تُدْعَى فِي التَّوْرَاةِ الْمُعِمَّةَ. قِيْلَ : وَمَا الْمُعِمَّةُ ؟ قَالَ : تُعِمُّ صَاحِبَهَا بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَتُكَابِدُ عَنْهُ بَلْوَ الدُّنْيَا وَتَدْفَعُ عَنْهُ أَهَاوِيْلَ الآخِرَةِ. وَتُدْعَى الدَّافِعَةَ الْقَاضِيَةَ, تَدْفَعُ عَنْ صَاحِبِهَا كُلَّ سُوْءٍ وَتَقْضِيْ لَهُ كُلَّ حَاجَةٍ. مَنْ قَرَأَهَا عُدِّلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً, وَمَنْ سَمِعَهَا عُدِّلَتْ لَهُ أَلْفَ دِيْنَارٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ, وَمَنْ كَتَبَهَا ثُمَّ شَرِبَهَا أَدْخَلَتْ فِيْ جَوْفِهِ أَلْفَ دَوَاءٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ بَرْكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَنَزَعَتْ عَنْهُ كَلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ
“Surat Yasin dalam Taurat disebut “Al-Mu’immah”. Ditanyakan : “Apakah Al-Mu’immah itu ?”, ,maka beliau menjawab : “Yang meliputi pemiliknya kebaikan dunia dan akhirat dan mematahkan darinya petaka dunia dan menolak  darinya kengerian akhirat. Dan (Yasin) disebut sebagai Ad-Dafi’atul Qadhiyah (Penolakan yang pasti menyelesaikan), menangkal dari pemiliknya segala kejelekan dan menyelesaikan segala hajatnya. Siapa yang membacanya dinilai untuknya dua puluh haji dan siapa yang mendengarkannya dinilai untuknya seribu dinar (mata uang emas) di jalan Allah. Siapa yang menulisnya lalu meminumnya maka dimasukkan ke dalam dadanya seribu obat, seribu cahaya, seribu yakin, seribu barakah dan seribu rahmat dan dicabut darinya seribu kedengkian dan penyakit”.
Pembahasan :

Ada dua cacat dalam hadits ini

Kesatu : Pada rawinya yang bernama Muhammad bin Abdurrahman.
Imam Al-Bukhary rahimahullah berkomentar tentangnya bahwa dia adalah Mungkarul hadits (mungkar haditsnya). Demikian pula komentar Imam Al-Baihaqy.
Berkata Imam An-Nasa`i : laisa bitsqoh (tidak tsiqoh) dan diriwayat lain beliau berkata : matruk (ditinggalkan haditsnya).
Dan dalam biografi rawi ini dari Mizanul I’tidal, Imam Adz-Dzahaby rahimahullah berkomentar : “Orang ini membawa berita batil, saya menganggapnya muttaham (tertuduh berdusta) tentang Yasin”.

Dua : Rawi lainnya yang bernama Sulaiman bin Mirqo’ Al-‘Uqaily. Imam Al-’Uqoily menyatakan bahwa rawi ini : Mungkarul hadits la yutaba’u ‘alaihi (mungkar haditsnya tidak ada pendukungnya).
Dan Syaikh Al-Albany rahimahullah menarik kesimpulan bahwa hadits di atas adalah dha’if jiddan (lemah sekali). Lihat Silsilah Ahadits Adh-Dho’ifah no. 3260.

Jalan kedua : Dari ‘Amr bin Ziyad dari Yahya bin Sulaim[1] Ath-Tho`ify dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 2 ]
مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهُمَا يَوْمَ الْجُمْعَةِ فَقَرَأَ يس غُفِرَ لَهُ
“Siapa yang menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya pada hari jum’at lalu ia membaca Yasin maka diampuni untuknya.”
Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 5/151, Abusy Syaikh Al-Ashbahany dalam Ath-Thobaqot 3/125 (cet Darul Kutubul ‘Ilmiyah) dan Al-Quzwainy dalam At-Tadwin 3/36-37.

Pembahasan :

Berkata Ibnu Ady : “Hadits dengan sanad ini adalah BATIL TIDAK ADA ASALNYA”. Bahkan bisa di kategorikan sebagai hadits palsu, sebab ‘Amr bin Ziyad ini dituduh memalsukan hadits. Berkata Ad-Daraquthny : “Ia sering memalsukan hadits”. Periksa Mizanul I’tidal [2].
Rawi yang dituduh memalsukan hadits, haditsnya dihukumi palsu.

2. Hadits ‘Umar Bin Khoththob.

Diriwayatkan oleh Al-Faqihy dalam Tarikh Makkah 1/468/1031 dari jalan Asy-Sya’by dari ‘Umar Bin Khaththob radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 3 ]
مَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِيْمَا بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ يَقْرَأُ فِيْهِنَّ بِهَذِهِ السُّوَرِ الْأَرْبَعِ : سُوْرَةِ (يس) فِي رَكْعَةٍ وَ(تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ) فِي رَكْعَةٍ وَ(الم تَنْزِيْلُ السَّجَدَة) فِي رَكْعَةٍ وَ(الدُّخَانِ) فِي رَكْعَةٍ, وُكِلَ بِهِ مَلَكٌ يَضْرِبُ بِجَنَاحَيْهِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ وَهُوَ يَقُوْلُ : أَيُّهَا الْعَبْدُ اِرْفَعْ رَأْسَكَ فَقَدْ غُفِرَ لَكَ.
“Siapa yang shalat empat raka’at antara Rukun[3] dan Maqom dengan membaca padanya empat surah ini : Surah Yasin dalam satu raka’at, Tabarakal ladzi biyadihil mulku (surat Al-Mulk,-pent.) dalam satu raka’at, Alif lam mim Tanzil As-Sajadah dalam satu raka’at dan Ad-Dukhan dalam satu raka’at, maka diwakilkan untuknya malaikat yang memukulkan kedua sayapnya antara dua bahunya seraya berkata : “Wahai hamba, angkatlah kepalamu telah di ampuni bagimu (dosa-dosamu,-pent)”.”

Pembahasan :

Hadits ini lemah kerena dari jalan  Asy-Sya’by dari ‘Umar bin Khoththob, padahal Asy-Sya’by tidak mendengar dari ‘Umar bin Khaththob radhiyallahu ‘anhu sebagaimana dalam Jami’ut Tahshil karya Al-‘Ala`iy.

3. Hadits ‘Ali bin Abi Thalib

Ada beberapa riwayat dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu :

Riwayat pertama : Dikeluarkan oleh Al-Khathib dalam Tarikh-nya 6/247 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no 481 (cet. Adhwa` As-Salaf) dari jalan Isma’il bin Yahya Al-Bagdady dari Sufyan Ats-Tsaury dari Abu Ishaq dari Al-Harits dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
 [ 4 ]
مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يس عُدِّلَتْ لَهُ عِشْرِيَْن دِيْنَارًا فِي سَبِيْلِ اللهِ, وَمَنْ قَرَأَهَا عُدِّلَتْ عِشْرِيْنَ حَجَّةً, وَمَنْ كَتَبَهَا ثُمَّ شَرِبَهَا أُدْخِلَتْ فِيْ جَوْفِهِ أَلْفُ يَقِيْنٍ وَأَلْفُ نُوْرٍ وَأَلْفُ بَرْكَةٍ وَأَلْفُ رَحْمَةٍ وأَلْفُ رِزْقٍ وَنُزِعَتْ عَنْهُ كَلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ
“Siapa yang mendengar surah Yasin maka dinilai untuknya dua puluh dinar di jalan Allah dan siapa yang membacanya dinilai dua puluh haji. Siapa yang menulisnya lalu meminumnya maka dimasukkan ke dalam dadanya seribu yakin, seribu cahaya, seribu barakah, seribu rahmat dan seribu rezki serta di cabut darinya seribu kedengkian dan penyakit.”

Pembahasan :

Hadits di atas adalah hadits maudhu(palsu). Ismail bin Yahya adalah kadzdzab (pendusta) di kalangan para imam ahli Jarh wat Ta’dil dan disepakati matruk (di tinggalkan). Baca Mizanul I`tidal.
Dan Abu Ishaq adalah As-Sabi’iy seorang mudallis (sering menyamar-nyamarkan guru atau riwayat). Dan Al-Harits adalah Al-A’war dianggap pendusta oleh sebagian ulama.

Riwayat kedua : Dari jalan Al-Ahwash bin Hakim dari Abu ‘Aun dari Ismail dari Abu Ishaq dari Al-Harits dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bahwa beliau bersabda :
[ 5 ]
مَنْ كَتَبَ يس ثُمَّ شَرِبَهَا دَخَلَ جَوْفَهُ اَلْفُ نُوْرٍ وَاَلْفُ رَحْمَةٍ وَاَلْفُ بَرَكَةٍ وَاَلْفُ دَوَاءٍ أَوْ خَرَجَ مِنْهُ اَلْفُ دَاءٍ
‘Siapa yang menulis (surah) Yasin kemudian ia meminumnya maka masuk dalam dadanya seribu cahaya, seribu rahmat, seribu barakah dan seribu obat atau keluar darinya seribu penyakit.”
Dikeluarkan oleh Al-Qozwainy dalam At-Tadwin 2\437-438, 3\96 dan Ar-Rafi’iy dalam Tarikh-nya 3\96 sebagaimana dalam Adh-Dho’ifah no 3239.

Pembahasan :

Syaikh Al-Albany rahimahullah menghukumi hadits di atas sebagai hadits palsu, dan beliau tegaskan bahwa konteks haditsnya sangat jelas batil dan palsunya. Beliau juga menerangkan tentang lemahnya Al-Ahwash bin Hakim dan beliau sebutkan kemungkinan pemalsuan hadits ini dari Abu ‘Aun atau dari Al-Harits Al-A’war. Demikian keterangan beliau.
Dan beliau tidak menyinggung Ismail yang tertera di dalam sanad, yang mana riwayat sebelumnya meng-indikasikan dengan sangat kuat menunjukkan bahwa Ismail disini adalah Ismail bin Yahya Al-Bagdady, seorang pendusta sebagaimana telah di terangkan sebelumnya.

Riwayat ketiga : Diriwayatkan oleh Al-Harits Abu Usamah dalam Musnadnya no. 78, 469 -Zawa`id Al-Haitsamy-, Al-Baihaqy dalam Dala`ilun Nubuwwah 7/229 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 1677 (cet Adhwa` As-Salaf) dari jalan Hammad bin Amr An-Nashiby dari As-Sariy bin Kholid dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bahwa sesungguhnya beliau berkata kepada ‘Ali … lalu disebutkan beberapa wasiat yang akhirnya :
[ 6 ]
يَا عَلِيُّ, وَاقْرَأْ يس, فَإِنَّ فِيْ يس عَشْرَ بَرَكَاتٍ. مَا قَرَأَهَا جَائِعٌ إِلاَّ شَبِعَ وَلاَ ظَمْآنٌ إِلاَّ رَوِيَ وَلاَ عَارٍ إِلاَّ كُسِيَ وَلاَ عَزَبٌ إِلاَّ تَزَوَّجَ وَلاَ خَائِفٌ إِلاَّ أَمِنَ وَلاَ مَسْجُوْنٌ إِلاَّ خَرَجَ وَلاَ مُسَافِرٌ إِلاَّ أُعِيْنَ عَلَى سَفَرِهِ وَلاَ مَنْ ضَلَّتْ لَهُ ضَالَّةٌ إِلاَّ وَوَجَدَهَا وَلاَ مَرِيْضٌ إِلاَّ بَرِئَ وَلاَ قُرِئَتْ عِنْدَ مَيِّتٍ إِلاَّ خُفِّفَ عَنْهُ
“Wahai Ali, bacalah surah Yasin, karena pada Yasin ada sepuluh berkah, tidaklah dibaca oleh orang yang lapar kecuali dia akan kenyang, tidak pula orang yang kehausan kecuali akan puas (lepas dahaganya), tidak pula orang yang telanjang kecuali diberi pakaian, tidak pula oleh bujangan kecuali pasti menikah, tidak pula orang yang ketakutan kecuali mendapatkan keamanan, tidak pula orang dipenjara kecuali pasti bebas, tidak pula musafir kecuali akan dibantu dalam safarnya dan tidak pula orang yang kehilangan barang kecuali pasti akan dia dapatkan, tidak pula orang sakit kecuali pasti akan sembuh dan tidak pula dibaca pada orang yang akan meninggal kecuali diringankan darinya.”

Pembahasan :

Riwayat di atas adalah kegelapan di atas kegelapan. Hammad bin ‘Amr adalah pendusta yang terkenal. Ja’far bin Muhammad yang tertera dalam sanad nama lengkap beliau adalah Ja’far bin Muhammad bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib. Dalam silsilah riwayat dari ayahnya dari kakeknya dari Ali bin Abi Thalib ada keterputusan. Kelihatannya dari konteks penukilan bahwa sanad hadits di atas adalah mursal.
Berkata Imam Al-Baihaqy : “Ia adalah hadits maudhu(palsu).”

Riwayat keempat : Dari jalan Sulaiman bin Abdurrahman Ad-Dimasyqy beliau berkata menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim, menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari ‘Atho` bin Abi Rabah dan ‘Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tentang pengajaran Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam kepada ‘Ali mengenai cara menguatkan hafalan dengan shalat empat raka’at dan di raka’at pertama membaca Al-Fatihah dan surah Yasin…. dan disebutkan do’anya yang panjang.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy 5\562\3570, Al-Hakim 1\471, Asy-Syijzy dalam Amalinya 1\113-114, Al-Baihaqy dalam Al-Asma` wa Ash-Shifat no. 637 (Tahqiq Al-Hasyidy) dan Al-Khatib dalam Al-Jami` 2\259-260\1792.

Pembahasan :

Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam Siyar A’lamin Nubala` 9\218 : “(Hadits) ini menurutku adalah maudhu (palsu), selesai!!. Barangkali rusaknya masuk pada Sulaiman anak bintu Syarbil (yaitu Sulaiman bin Abdurrahman –pent.) sebab dia mungkarul hadits (haditsnya mungkar) walaupun punya hafalan … .”
Dan demikian pula di hukumi sebagai hadits maudhuoleh Syaikh Al-Albany dalam Dha’if Sunan At-Tirmidzy dan Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah no. 3374 lihat juga Takhrij Al-Hilaly terhadap ‘Amalul Yaum wal Lailah karya Ibnus Sunny no. 580.

4. Hadits Abu Hurairah.

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ini ada enam jalan, rincinya sebagai berikut :

Jalan Pertama : Dari jalan Al-Hasan Al-Bashry dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Cacat utama dalam jalan ini adalah Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah sebagaimana dalam Jami’ut Tahshil, Ahadits Mu’alah Zhohiraha Ash-Shihhah hal. 227 (cet. II) dan lain-lain. Dan Abu Nu’aim Al-Asbahany telah mengkategorikan hadits Al-Hasan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tentang keutamaan Yasin ini sebagai hadits Ghorib (asing). Lihat Hilyatul Auliya` 2/159.

Dan dari Al-Hasan Al-Bashry bercabang beberapa jalan lagi :
1.     Dari jalan Muhammad bin Jahadah dari Al-Hasan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 7 ]
مَنْ قَرَأَ يس كُلَّ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ
“Siapa yang membaca surah Yasin pada setiap malam dengan mengharap wajah Allah, maka diampuni untuknya pada malam itu.”
Diriwayatkan oleh Ad-Darimy 2/549/3417, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman no. 2436-2464 dan Al-Khatib dalam Tarikh-nya 3/253.

Pembahasan 

Jalan ini lemah dan mudhtharib (goncang). Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah dan Muhammad bin Jahadah tampaknya mudhtharib (goncang) dalam meriwayatkannya ; dimana kadang-kadang ia meriwayatkan seperti di atas, dan kadang-kadang meriwayatkan dari Al-Hasan dari Jundub bin Abdillah[4] sebagaimana dalam Shohih Ibnu Hibban no 2574 -Al-Ihsan-.
Dan kadang ia meriwayatkan dari ‘Atha` bin Abi Rabah, beliau berkata : telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 8 ]
مَنْ قَرَأَ يس صَدْرَ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ
“Siapa yang membaca Yasin di awal siang maka akan dipenuhi hajatnya.” Diriwayatkan Ad-Darimy 2/549/2418.

2.     Dari jalan Hisyam bin Ziyad dari Al-Hasan beliau berkata saya mendengar Abu Hurairah berkata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 9 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin di suatu malam, maka ia masuk waktu pagi dalam keadaan diampuni baginya.”
Dikeluarkan oleh Abu Ya’la 11/93-94/6223 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 484 (cet. Adhwa` As-Salaf).

Pembahasan

Hisyam bin Ziyad adalah Matrukul hadits (ditinggalkan haditsnya). Demikian kesimpulan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam At-Taqrib. Adapun ucapan Al-Hasan “saya mendengar dari Abu Hurairah”, itu hanyalah kesalahan dari sebagian rawi, sebab Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah.

3.     Dari jalan Al-Aghlab bin Tamim dari Ayyub, Yunus dan Hisyam dari Al-Hasan dari Abu Hurairah, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 10 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin pada waktu siang dan malam karena mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla maka Allah mengampuninya.”
Dikeluarkan oleh Ibnus Sunny dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah no. 676 (Takhrij Al-Hilaly) dan Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 1/416.
Dan dikeluarkan juga oleh Al-Ashbahany dalam At-Targhib wat Tarhib sebagaimana dalam Silsilah Ahadits Adh-Dho’ifah no. 5111 tapi dengan lafazh :
[ 11 ]
مَنْ  قَرَأَ يس فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ غُفِرَ لَهُ
“Siapa yang membaca surah Yasin pada malam Jum’at maka diampuni baginya.”

Pembahasan

Al-Aghlab bin Tamin Mungkarul Hadits. Periksa At-Tarikh Al-Kabir karya Al-Bukhary, Al-Kamil, Mizanul I’tidal dan lainnya.

4.     Dari jalan Jisr bin Farqod Al-Qashshob dari Al-Hasan dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 12 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ اِلْتِمَاسَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin pada suatu malam mencari wajah Allah maka diampuni baginya.”
Dikeluarkan oleh Ath-Thoyalisy no. 2467, Al-‘Uqailly 1/203, Abusy Syaikh Al-Ashbahany dalam Ath-Thobaqot 4/384 (cet. Darul Kutub) dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 2/159.

Pembahasan

Jisr bin Farqod adalah rawi yang lemah meriwayatkan hadits-hadits mungkar. Baca Al-Kamil, Mizanul I’tidal dan lain-lainnya

Catatan
Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabarany dalam Mu’jamul Ausath 4/21/3509 dan dalam Mu’jamush Shoghir 1/149 dan Al-Khatib dalam Tarikh-nya 10/257 serupa dengan jalan di atas, tapi melalui jalan Al-Aghlab bin Tamim yang telah berlalu pada jalan sebelumnya. Dan Al-Aghlab di sini semakin menampakkan keanehannya dengan memasukkan Ghalib Al-Qoththon sebagai perantara antara Jisr bin Farqod dan Al-Hasan.

5.     Dari jalan Al-Mubarak bin Fudhalah dari Abul Awwam dari Al-Hasan dari Abu Hurairah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, beliau berkata :
[ 13 ]
مَنْ قَرَأَ يس كُلَّ لَيْلَةٍ غُفَرَ لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin setiap malam maka diampuni untuknya.” Dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman : 2/280/2462.

Pembahasan

Mubarak adalah seorang rawi mudallis (sering menyamar-nyamarkan guru atau riwayat) dan di dalam sanad ia memakai kalimat “dari” sebagai penghubung ke gurunya dan ini tidaklah diterima dari rawi mudallis menurut kaidah ilmu hadits. Dan Abul Awwam[5] di dalam sanad namanya ‘Imran bin Dawur Al-Qaththon, dha’iful hadits (lemah haditsnya).

6.     Dari jalan Al-Hasan bin Dinar dari Al-Hasan Al Bashry dari Abu Hurairah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, sama dengan konteks hadits Jisr bin Farqod pada jalan keempat, konteks no [ 12 ].
Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 2/713.

Pembahasan

Al-Hasan bin Dinar adalah rawi yang matruk (ditinggalkan haditsnya) menurut para Imam Ahli Jarh dan Ta’dil. Bahkan Abu Hatim menganggapnya kadzdzab (seorang pendusta). Periksa Al-Jarh wat Ta’dil, At-Tarikh Al-Kabir, Al-Kamil, Mizanul I’tidal dan lain-lainnya.

Jalan Kedua : Dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar dari ‘Umar bin Hafsh bin Dzakwan dari Maula Al-Huraqah (Abdurrahman bin Ya’qub) dari Abu Hurairah, beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 14 ]
إِنَّ اللهَ تبَاَرَكَ وَتَعَالىَ قَرَأَ طَهَ ويس قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفِ عَامٍ. فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْآنَ, قَالَتْ : طُوْبىَ لِأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهَا وَطُوْبىَ لِأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا وَطُوْبىَ لِأَلْسِنَةٍ تَتَكَلَّمَ بِهَذَا
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala membaca (surah) Toha dan Yasin seribu tahun sebelum Allah menciptakan Adam. Maka tatkala Malaikat mendengar Al-Qur`an, mereka berkata : “Betapa beruntungnya umat yang (Al-Qur`an) ini turun padanya, betapa beruntungnya dada-dada yang membawanya dan betapa beruntungnya lisan yang berbicara dengannya”.”
Dikeluarkan oleh Ad-Darimy 2/547/3414, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 607, Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid 1/403, Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 1/216, Al-‘Uqoily dalam Adh-Dhu’afa` 1/66, Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin 1/108, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 2/476-477/2450 dan dalam Al-Asma` wa Ash-Shifat 1/566-567, Al-Lalaka`iy dalam Syarah Ushul I’tiqod 2/226, Tammam Ar-Razy dalam Fawa`id-nya 1/133/303-305, Al-Qazwainy dalam At-Tadwin 2/475 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 238 (cet. Adhwa` As-Salaf)

Pembahasan

Ibrahim bin Muhajir Mungkarul hadits dan Umar bin Hafsh Matrukul hadits (ditinggalkan haditsnya).
Berkata Ibnu Kastir di tafsir surah Thoha : “Ini hadits gharib (asing) dan didalamnya ada nakarah (keanehan) dan Ibrahim bin Muhajir serta gurunya menjadi pembicaraan (ada kritikan,-pent.)”.
Berkata Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala` 10/691 : “Ini hadits mungkar, Ibnu Muhajir dan gurunya keduanya lemah”.
Dan Syaikh Al-Albany dalam Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah no. 1248 menyatakan sanadnya lemah sekali dan beliau menyetujui Ibnu Hibban yang menghukumi konteks hadits sebagai hadits palsu. Wallahu A’lam.

Jalan ketiga : Berkata Abu Ya’la Al-Mushily dalam Mu’jam-nya no. 35 : Menceritakan kepada kami Muhammad bin Azhar Al-Jauzajany, beliau berkata : Menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir dari Makhlad bin Husain dari Hisyam bin Hassan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda : … sama dengan konteks no. [ 13 ]

Pembahasan

Muhammad bin Katsir dalam sanad di atas adalah Muhammad bin Katsir Al-Mishshishy. Dan ia adalah rawi lemah, dimana dia meriwayatkan hal-hal yang mungkar. Di akhir biografi rawi ini dalam Mizanul I’tidal, Imam Adz-Dzahaby menyebutkan hadits di atas dan beliau berkata : “Yang benarnya (adalah) mursal (terputus)”.

Jalan keempat : Dari jalan Humaid Al-Makky maula Ibn ‘Alqomah dari ‘Atho` bin Abi Rabah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 15 ]
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا, وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس.
“Sesungguhnya setiap sesuatu ada jantungnya dan jantung[6] Al-Qur’an adalah Yasin.” Dikeluarkan oleh Al-Bazzar sebagaimana Tafsir Ibnu Katsir.

Pembahasan 

Dalam sanadnya ada rawi bernama Humaid Al-Makky dan dia adalah majhul ‘ain dan meriwayatkan dari ‘Atho` apa-apa yang tidak ada pendukung baginya padahal ‘Atho`adalah rawi yang mempunyai banyak murid. Periksa Tahdzibut Tahdzib, Mizanul I’tidal,  Al-Kamil dan lain-lainnya.

Jalan kelima : Dari jalan Suwaid Abu Hatim dari Sulaiman At-Taimy dari Abu ‘Utsman sesungguhnya Abu Hurairah berkata :
[ 16 ]
مَنْ قَرَأَ يس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ. وَقَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ : مَنْ قَرَأَ يس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ مَرَّتَيْنِ. قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ : حَدَّثْتَ أَنْتَ بِمَا سَمِعْتَ وَأُحَدِّثُ أَنَا بِمَا سَمِعْتُ
“Siapa yang membaca Yasin satu kali maka ia seakan-akan ia telah membaca Al-Qur`an sepuluh kali”. Berkata Abu Sa’id : “Siapa yang membaca Yasin satu kali maka seakan-akan ia membaca Al-Qur`an dua kali”. Berkata Abu Hurairah : “Engkau menceritakan apa yang kamu dengar dan aku juga menceritakan apa yang aku dengar”.”
Dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 2/481/2466.

Pembahasan

Ibnu Abi Hatim bertanya kepada ayahnya Abu Hatim tentang hadits ini maka beliau menjawab : “Hadits MUNGKAR”. Baca Al-‘Ilal 2/67 dan periksa biografi Suwaid pada Mizanul I’tidal .
Berkata Syaikh Al-Albany dalam Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah 10/1/158 setelah menyebutkan perkataan Abu Hatim di atas : “Bahkan ia adalah batil dengan kebatilan yang sangat nampak. Karena bagaimana bisa diterima/difahami bahwa bagian sesuatu mempunyai keutamaan lebih baik atau sama dengan sesuatu itu dua kali (lipat) apalagi sepuluh kali ?! Karena siapa yang membaca Al-Qur`an dua kali berarti ia telah membaca Yasin dua kali maka bagaimana bisa membaca (Yasin) satu kali lebih utama dari membacanya dua kali bersama pembacaan Al-Qur`an dua kali”. 

Jalan keenam :
Dikeluarkan oleh Ad-Dailamy dalam Musnadul Firdaus 4/36/5603 –Firdausul Akhbar- dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 17 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ سَبْعَ مَرَّاتٍ
“Siapa yang membaca Yasin dalam suatu malam maka seakan-akan ia membaca Al-Qur`an (sebanyak) tujuh kali.”

Pembahasan

Bersendiriannya Ad-Dailamy dalam meriwayatkan hadits di atas adalah cukup sebagai bukti  kelemahannya. Dan akan datang tambahan penjelasan tentang hal ini. Wallahu A’lam.


[1] Dalam sebagian sumber : bin Sulaiman
[2] Buku-buku yang berkaitan dengan biografi rawi sengaja tidak disebut jilid dan halamannya karena mencari rawi bisa dilakukan tanpa mengetahui jilid dan halaman, apalagi sebagian buku dicetak dalam cetakan yang berbeda-beda.
[3] Rukun disini maksudnya hajar aswad.
[4] Al-Hasan tidak mendengar dari Jundub sebagaimana dalam Jami’ut Tahshil, dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Nata`ijul Afkar menganggap riwayat ini sebagai riwayat yang salah. Lihat Takhrij Al-Hilaly terhadap kitab ‘Amalil Yaum wal Lailah karya Ibnus Sunny.
[5]  Syaikh Salim Al-Hilaly dalam takhrijnya terhadap kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah karya Ibnus Sunny berkata tentang Abul Awwam : “Saya tidak mengenalnya”. Saya tidak tahu dari sisi mana beliau luput untuk mengetahui biografinya, padahal Abul Awwam termasuk rawi Kutubus Sittah.
[6]  Yaitu inti dan pokoknya. Lihat Faidhul Qodir karya Al-Manawy 2/650 dan Tuhfah Adz-Dzakirin karya Asy-Syaukany hal. 312.
Keutamaan Surah Yasin (1)

Berikut kami nukilkan artikel yang sangat bermanfaat dari majalah An-Nashihah yang ditulis oleh Ust. Dzulqarnain -hafizhahullah-, yang menjelaskan LEMAHNYA semua hadits yang menyebutkan keutamaan surah Yasin.
Karena panjangnya tulisan, maka kami membaginya menjadi 3 bagian, selamat membaca:

Ada beberapa hadits yang menyebutkan keutamaan surah Yasin. Diriwayatkan dari beberapa shahabat yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khoththob, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas’ud, ‘Abdullah bin ‘Umar,  Ma’qil bin Yasar, Ubay bin Ka’ab, Abu Darda`, Abu Dzar, dan ‘Abdullah bin Samjaj -radhiyallahu ‘anhum ajma’in-.

Berikut rincian hadits-hadits tersebut lengkap dengan penjelasan derajatnya dalam timbangan ahli hadits.

1. Hadits Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Hadits Abu Bakar datang dari dua jalan dengan kandungan hadits yang berbeda.

Jalan pertama : Diriwayatkan oleh Al-’Uqaily dalam Adh-Dhu’afa` 2/143, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 2/481/2465, Al-Khatib dalam Tarikh-nya 2/388 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 483 (cet Adhwa` As-Salaf) dari jalan Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Bakar Al-Jud’any dari Sulaiman bin Mirqo‘ Al-Junda’iy dari Hilal bin Sholt, sesungguhnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 1 ]
سُوْرَةُ يس تُدْعَى فِي التَّوْرَاةِ الْمُعِمَّةَ. قِيْلَ : وَمَا الْمُعِمَّةُ ؟ قَالَ : تُعِمُّ صَاحِبَهَا بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَتُكَابِدُ عَنْهُ بَلْوَ الدُّنْيَا وَتَدْفَعُ عَنْهُ أَهَاوِيْلَ الآخِرَةِ. وَتُدْعَى الدَّافِعَةَ الْقَاضِيَةَ, تَدْفَعُ عَنْ صَاحِبِهَا كُلَّ سُوْءٍ وَتَقْضِيْ لَهُ كُلَّ حَاجَةٍ. مَنْ قَرَأَهَا عُدِّلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً, وَمَنْ سَمِعَهَا عُدِّلَتْ لَهُ أَلْفَ دِيْنَارٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ, وَمَنْ كَتَبَهَا ثُمَّ شَرِبَهَا أَدْخَلَتْ فِيْ جَوْفِهِ أَلْفَ دَوَاءٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ بَرْكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَنَزَعَتْ عَنْهُ كَلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ
“Surat Yasin dalam Taurat disebut “Al-Mu’immah”. Ditanyakan : “Apakah Al-Mu’immah itu ?”, ,maka beliau menjawab : “Yang meliputi pemiliknya kebaikan dunia dan akhirat dan mematahkan darinya petaka dunia dan menolak  darinya kengerian akhirat. Dan (Yasin) disebut sebagai Ad-Dafi’atul Qadhiyah (Penolakan yang pasti menyelesaikan), menangkal dari pemiliknya segala kejelekan dan menyelesaikan segala hajatnya. Siapa yang membacanya dinilai untuknya dua puluh haji dan siapa yang mendengarkannya dinilai untuknya seribu dinar (mata uang emas) di jalan Allah. Siapa yang menulisnya lalu meminumnya maka dimasukkan ke dalam dadanya seribu obat, seribu cahaya, seribu yakin, seribu barakah dan seribu rahmat dan dicabut darinya seribu kedengkian dan penyakit”.

Pembahasan :

Ada dua cacat dalam hadits ini

Kesatu : Pada rawinya yang bernama Muhammad bin Abdurrahman.
Imam Al-Bukhary rahimahullah berkomentar tentangnya bahwa dia adalah Mungkarul hadits (mungkar haditsnya). Demikian pula komentar Imam Al-Baihaqy.
Berkata Imam An-Nasa`i : laisa bitsqoh (tidak tsiqoh) dan diriwayat lain beliau berkata : matruk (ditinggalkan haditsnya).
Dan dalam biografi rawi ini dari Mizanul I’tidal, Imam Adz-Dzahaby rahimahullah berkomentar : “Orang ini membawa berita batil, saya menganggapnya muttaham (tertuduh berdusta) tentang Yasin”.

Dua : Rawi lainnya yang bernama Sulaiman bin Mirqo’ Al-‘Uqaily. Imam Al-’Uqoily menyatakan bahwa rawi ini : Mungkarul hadits la yutaba’u ‘alaihi (mungkar haditsnya tidak ada pendukungnya).
Dan Syaikh Al-Albany rahimahullah menarik kesimpulan bahwa hadits di atas adalah dha’if jiddan (lemah sekali). Lihat Silsilah Ahadits Adh-Dho’ifah no. 3260.

Jalan kedua : Dari ‘Amr bin Ziyad dari Yahya bin Sulaim[1] Ath-Tho`ify dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 2 ]
مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهُمَا يَوْمَ الْجُمْعَةِ فَقَرَأَ يس غُفِرَ لَهُ
“Siapa yang menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya pada hari jum’at lalu ia membaca Yasin maka diampuni untuknya.”
Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 5/151, Abusy Syaikh Al-Ashbahany dalam Ath-Thobaqot 3/125 (cet Darul Kutubul ‘Ilmiyah) dan Al-Quzwainy dalam At-Tadwin 3/36-37.

Pembahasan :

Berkata Ibnu Ady : “Hadits dengan sanad ini adalah BATIL TIDAK ADA ASALNYA”. Bahkan bisa di kategorikan sebagai hadits palsu, sebab ‘Amr bin Ziyad ini dituduh memalsukan hadits. Berkata Ad-Daraquthny : “Ia sering memalsukan hadits”. Periksa Mizanul I’tidal [2].
Rawi yang dituduh memalsukan hadits, haditsnya dihukumi palsu.

2. Hadits ‘Umar Bin Khoththob.

Diriwayatkan oleh Al-Faqihy dalam Tarikh Makkah 1/468/1031 dari jalan Asy-Sya’by dari ‘Umar Bin Khaththob radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 3 ]
مَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِيْمَا بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ يَقْرَأُ فِيْهِنَّ بِهَذِهِ السُّوَرِ الْأَرْبَعِ : سُوْرَةِ (يس) فِي رَكْعَةٍ وَ(تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ) فِي رَكْعَةٍ وَ(الم تَنْزِيْلُ السَّجَدَة) فِي رَكْعَةٍ وَ(الدُّخَانِ) فِي رَكْعَةٍ, وُكِلَ بِهِ مَلَكٌ يَضْرِبُ بِجَنَاحَيْهِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ وَهُوَ يَقُوْلُ : أَيُّهَا الْعَبْدُ اِرْفَعْ رَأْسَكَ فَقَدْ غُفِرَ لَكَ.
“Siapa yang shalat empat raka’at antara Rukun[3] dan Maqom dengan membaca padanya empat surah ini : Surah Yasin dalam satu raka’at, Tabarakal ladzi biyadihil mulku (surat Al-Mulk,-pent.) dalam satu raka’at, Alif lam mim Tanzil As-Sajadah dalam satu raka’at dan Ad-Dukhan dalam satu raka’at, maka diwakilkan untuknya malaikat yang memukulkan kedua sayapnya antara dua bahunya seraya berkata : “Wahai hamba, angkatlah kepalamu telah di ampuni bagimu (dosa-dosamu,-pent)”.”

Pembahasan :

Hadits ini lemah kerena dari jalan  Asy-Sya’by dari ‘Umar bin Khoththob, padahal Asy-Sya’by tidak mendengar dari ‘Umar bin Khaththob radhiyallahu ‘anhu sebagaimana dalam Jami’ut Tahshil karya Al-‘Ala`iy.

3. Hadits ‘Ali bin Abi Thalib

Ada beberapa riwayat dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu :

Riwayat pertama : Dikeluarkan oleh Al-Khathib dalam Tarikh-nya 6/247 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no 481 (cet. Adhwa` As-Salaf) dari jalan Isma’il bin Yahya Al-Bagdady dari Sufyan Ats-Tsaury dari Abu Ishaq dari Al-Harits dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
 [ 4 ]
مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يس عُدِّلَتْ لَهُ عِشْرِيَْن دِيْنَارًا فِي سَبِيْلِ اللهِ, وَمَنْ قَرَأَهَا عُدِّلَتْ عِشْرِيْنَ حَجَّةً, وَمَنْ كَتَبَهَا ثُمَّ شَرِبَهَا أُدْخِلَتْ فِيْ جَوْفِهِ أَلْفُ يَقِيْنٍ وَأَلْفُ نُوْرٍ وَأَلْفُ بَرْكَةٍ وَأَلْفُ رَحْمَةٍ وأَلْفُ رِزْقٍ وَنُزِعَتْ عَنْهُ كَلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ
“Siapa yang mendengar surah Yasin maka dinilai untuknya dua puluh dinar di jalan Allah dan siapa yang membacanya dinilai dua puluh haji. Siapa yang menulisnya lalu meminumnya maka dimasukkan ke dalam dadanya seribu yakin, seribu cahaya, seribu barakah, seribu rahmat dan seribu rezki serta di cabut darinya seribu kedengkian dan penyakit.”

Pembahasan :

Hadits di atas adalah hadits maudhu(palsu). Ismail bin Yahya adalah kadzdzab (pendusta) di kalangan para imam ahli Jarh wat Ta’dil dan disepakati matruk (di tinggalkan). Baca Mizanul I`tidal.
Dan Abu Ishaq adalah As-Sabi’iy seorang mudallis (sering menyamar-nyamarkan guru atau riwayat). Dan Al-Harits adalah Al-A’war dianggap pendusta oleh sebagian ulama.

Riwayat kedua : Dari jalan Al-Ahwash bin Hakim dari Abu ‘Aun dari Ismail dari Abu Ishaq dari Al-Harits dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bahwa beliau bersabda :
[ 5 ]
مَنْ كَتَبَ يس ثُمَّ شَرِبَهَا دَخَلَ جَوْفَهُ اَلْفُ نُوْرٍ وَاَلْفُ رَحْمَةٍ وَاَلْفُ بَرَكَةٍ وَاَلْفُ دَوَاءٍ أَوْ خَرَجَ مِنْهُ اَلْفُ دَاءٍ
‘Siapa yang menulis (surah) Yasin kemudian ia meminumnya maka masuk dalam dadanya seribu cahaya, seribu rahmat, seribu barakah dan seribu obat atau keluar darinya seribu penyakit.”
Dikeluarkan oleh Al-Qozwainy dalam At-Tadwin 2\437-438, 3\96 dan Ar-Rafi’iy dalam Tarikh-nya 3\96 sebagaimana dalam Adh-Dho’ifah no 3239.

Pembahasan :

Syaikh Al-Albany rahimahullah menghukumi hadits di atas sebagai hadits palsu, dan beliau tegaskan bahwa konteks haditsnya sangat jelas batil dan palsunya. Beliau juga menerangkan tentang lemahnya Al-Ahwash bin Hakim dan beliau sebutkan kemungkinan pemalsuan hadits ini dari Abu ‘Aun atau dari Al-Harits Al-A’war. Demikian keterangan beliau.
Dan beliau tidak menyinggung Ismail yang tertera di dalam sanad, yang mana riwayat sebelumnya meng-indikasikan dengan sangat kuat menunjukkan bahwa Ismail disini adalah Ismail bin Yahya Al-Bagdady, seorang pendusta sebagaimana telah di terangkan sebelumnya.

Riwayat ketiga : Diriwayatkan oleh Al-Harits Abu Usamah dalam Musnadnya no. 78, 469 -Zawa`id Al-Haitsamy-, Al-Baihaqy dalam Dala`ilun Nubuwwah 7/229 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 1677 (cet Adhwa` As-Salaf) dari jalan Hammad bin Amr An-Nashiby dari As-Sariy bin Kholid dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bahwa sesungguhnya beliau berkata kepada ‘Ali … lalu disebutkan beberapa wasiat yang akhirnya :
[ 6 ]
يَا عَلِيُّ, وَاقْرَأْ يس, فَإِنَّ فِيْ يس عَشْرَ بَرَكَاتٍ. مَا قَرَأَهَا جَائِعٌ إِلاَّ شَبِعَ وَلاَ ظَمْآنٌ إِلاَّ رَوِيَ وَلاَ عَارٍ إِلاَّ كُسِيَ وَلاَ عَزَبٌ إِلاَّ تَزَوَّجَ وَلاَ خَائِفٌ إِلاَّ أَمِنَ وَلاَ مَسْجُوْنٌ إِلاَّ خَرَجَ وَلاَ مُسَافِرٌ إِلاَّ أُعِيْنَ عَلَى سَفَرِهِ وَلاَ مَنْ ضَلَّتْ لَهُ ضَالَّةٌ إِلاَّ وَوَجَدَهَا وَلاَ مَرِيْضٌ إِلاَّ بَرِئَ وَلاَ قُرِئَتْ عِنْدَ مَيِّتٍ إِلاَّ خُفِّفَ عَنْهُ
“Wahai Ali, bacalah surah Yasin, karena pada Yasin ada sepuluh berkah, tidaklah dibaca oleh orang yang lapar kecuali dia akan kenyang, tidak pula orang yang kehausan kecuali akan puas (lepas dahaganya), tidak pula orang yang telanjang kecuali diberi pakaian, tidak pula oleh bujangan kecuali pasti menikah, tidak pula orang yang ketakutan kecuali mendapatkan keamanan, tidak pula orang dipenjara kecuali pasti bebas, tidak pula musafir kecuali akan dibantu dalam safarnya dan tidak pula orang yang kehilangan barang kecuali pasti akan dia dapatkan, tidak pula orang sakit kecuali pasti akan sembuh dan tidak pula dibaca pada orang yang akan meninggal kecuali diringankan darinya.”

Pembahasan :

Riwayat di atas adalah kegelapan di atas kegelapan. Hammad bin ‘Amr adalah pendusta yang terkenal. Ja’far bin Muhammad yang tertera dalam sanad nama lengkap beliau adalah Ja’far bin Muhammad bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib. Dalam silsilah riwayat dari ayahnya dari kakeknya dari Ali bin Abi Thalib ada keterputusan. Kelihatannya dari konteks penukilan bahwa sanad hadits di atas adalah mursal.
Berkata Imam Al-Baihaqy : “Ia adalah hadits maudhu(palsu).”

Riwayat keempat : Dari jalan Sulaiman bin Abdurrahman Ad-Dimasyqy beliau berkata menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim, menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari ‘Atho` bin Abi Rabah dan ‘Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tentang pengajaran Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam kepada ‘Ali mengenai cara menguatkan hafalan dengan shalat empat raka’at dan di raka’at pertama membaca Al-Fatihah dan surah Yasin…. dan disebutkan do’anya yang panjang.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy 5\562\3570, Al-Hakim 1\471, Asy-Syijzy dalam Amalinya 1\113-114, Al-Baihaqy dalam Al-Asma` wa Ash-Shifat no. 637 (Tahqiq Al-Hasyidy) dan Al-Khatib dalam Al-Jami` 2\259-260\1792.

Pembahasan :

Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam Siyar A’lamin Nubala` 9\218 : “(Hadits) ini menurutku adalah maudhu (palsu), selesai!!. Barangkali rusaknya masuk pada Sulaiman anak bintu Syarbil (yaitu Sulaiman bin Abdurrahman –pent.) sebab dia mungkarul hadits (haditsnya mungkar) walaupun punya hafalan … .”
Dan demikian pula di hukumi sebagai hadits maudhuoleh Syaikh Al-Albany dalam Dha’if Sunan At-Tirmidzy dan Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah no. 3374 lihat juga Takhrij Al-Hilaly terhadap ‘Amalul Yaum wal Lailah karya Ibnus Sunny no. 580.

4. Hadits Abu Hurairah.

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ini ada enam jalan, rincinya sebagai berikut :

Jalan Pertama : Dari jalan Al-Hasan Al-Bashry dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Cacat utama dalam jalan ini adalah Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah sebagaimana dalam Jami’ut Tahshil, Ahadits Mu’alah Zhohiraha Ash-Shihhah hal. 227 (cet. II) dan lain-lain. Dan Abu Nu’aim Al-Asbahany telah mengkategorikan hadits Al-Hasan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tentang keutamaan Yasin ini sebagai hadits Ghorib (asing). Lihat Hilyatul Auliya` 2/159.

Dan dari Al-Hasan Al-Bashry bercabang beberapa jalan lagi :
1.     Dari jalan Muhammad bin Jahadah dari Al-Hasan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 7 ]
مَنْ قَرَأَ يس كُلَّ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ
“Siapa yang membaca surah Yasin pada setiap malam dengan mengharap wajah Allah, maka diampuni untuknya pada malam itu.”
Diriwayatkan oleh Ad-Darimy 2/549/3417, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman no. 2436-2464 dan Al-Khatib dalam Tarikh-nya 3/253.

Pembahasan 

Jalan ini lemah dan mudhtharib (goncang). Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah dan Muhammad bin Jahadah tampaknya mudhtharib (goncang) dalam meriwayatkannya ; dimana kadang-kadang ia meriwayatkan seperti di atas, dan kadang-kadang meriwayatkan dari Al-Hasan dari Jundub bin Abdillah[4] sebagaimana dalam Shohih Ibnu Hibban no 2574 -Al-Ihsan-.
Dan kadang ia meriwayatkan dari ‘Atha` bin Abi Rabah, beliau berkata : telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 8 ]
مَنْ قَرَأَ يس صَدْرَ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ
“Siapa yang membaca Yasin di awal siang maka akan dipenuhi hajatnya.” Diriwayatkan Ad-Darimy 2/549/2418.

2.     Dari jalan Hisyam bin Ziyad dari Al-Hasan beliau berkata saya mendengar Abu Hurairah berkata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 9 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin di suatu malam, maka ia masuk waktu pagi dalam keadaan diampuni baginya.”
Dikeluarkan oleh Abu Ya’la 11/93-94/6223 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 484 (cet. Adhwa` As-Salaf).

Pembahasan

Hisyam bin Ziyad adalah Matrukul hadits (ditinggalkan haditsnya). Demikian kesimpulan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam At-Taqrib. Adapun ucapan Al-Hasan “saya mendengar dari Abu Hurairah”, itu hanyalah kesalahan dari sebagian rawi, sebab Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah.

3.     Dari jalan Al-Aghlab bin Tamim dari Ayyub, Yunus dan Hisyam dari Al-Hasan dari Abu Hurairah, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 10 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin pada waktu siang dan malam karena mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla maka Allah mengampuninya.”
Dikeluarkan oleh Ibnus Sunny dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah no. 676 (Takhrij Al-Hilaly) dan Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 1/416.
Dan dikeluarkan juga oleh Al-Ashbahany dalam At-Targhib wat Tarhib sebagaimana dalam Silsilah Ahadits Adh-Dho’ifah no. 5111 tapi dengan lafazh :
[ 11 ]
مَنْ  قَرَأَ يس فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ غُفِرَ لَهُ
“Siapa yang membaca surah Yasin pada malam Jum’at maka diampuni baginya.”

Pembahasan

Al-Aghlab bin Tamin Mungkarul Hadits. Periksa At-Tarikh Al-Kabir karya Al-Bukhary, Al-Kamil, Mizanul I’tidal dan lainnya.

4.     Dari jalan Jisr bin Farqod Al-Qashshob dari Al-Hasan dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 12 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ اِلْتِمَاسَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin pada suatu malam mencari wajah Allah maka diampuni baginya.”
Dikeluarkan oleh Ath-Thoyalisy no. 2467, Al-‘Uqailly 1/203, Abusy Syaikh Al-Ashbahany dalam Ath-Thobaqot 4/384 (cet. Darul Kutub) dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 2/159.

Pembahasan

Jisr bin Farqod adalah rawi yang lemah meriwayatkan hadits-hadits mungkar. Baca Al-Kamil, Mizanul I’tidal dan lain-lainnya

Catatan
Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabarany dalam Mu’jamul Ausath 4/21/3509 dan dalam Mu’jamush Shoghir 1/149 dan Al-Khatib dalam Tarikh-nya 10/257 serupa dengan jalan di atas, tapi melalui jalan Al-Aghlab bin Tamim yang telah berlalu pada jalan sebelumnya. Dan Al-Aghlab di sini semakin menampakkan keanehannya dengan memasukkan Ghalib Al-Qoththon sebagai perantara antara Jisr bin Farqod dan Al-Hasan.

5.     Dari jalan Al-Mubarak bin Fudhalah dari Abul Awwam dari Al-Hasan dari Abu Hurairah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, beliau berkata :
[ 13 ]
مَنْ قَرَأَ يس كُلَّ لَيْلَةٍ غُفَرَ لَهُ
“Siapa yang membaca Yasin setiap malam maka diampuni untuknya.” Dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman : 2/280/2462.

Pembahasan

Mubarak adalah seorang rawi mudallis (sering menyamar-nyamarkan guru atau riwayat) dan di dalam sanad ia memakai kalimat “dari” sebagai penghubung ke gurunya dan ini tidaklah diterima dari rawi mudallis menurut kaidah ilmu hadits. Dan Abul Awwam[5] di dalam sanad namanya ‘Imran bin Dawur Al-Qaththon, dha’iful hadits (lemah haditsnya).

6.     Dari jalan Al-Hasan bin Dinar dari Al-Hasan Al Bashry dari Abu Hurairah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, sama dengan konteks hadits Jisr bin Farqod pada jalan keempat, konteks no [ 12 ].
Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 2/713.

Pembahasan

Al-Hasan bin Dinar adalah rawi yang matruk (ditinggalkan haditsnya) menurut para Imam Ahli Jarh dan Ta’dil. Bahkan Abu Hatim menganggapnya kadzdzab (seorang pendusta). Periksa Al-Jarh wat Ta’dil, At-Tarikh Al-Kabir, Al-Kamil, Mizanul I’tidal dan lain-lainnya.

Jalan Kedua : Dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar dari ‘Umar bin Hafsh bin Dzakwan dari Maula Al-Huraqah (Abdurrahman bin Ya’qub) dari Abu Hurairah, beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 14 ]
إِنَّ اللهَ تبَاَرَكَ وَتَعَالىَ قَرَأَ طَهَ ويس قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفِ عَامٍ. فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْآنَ, قَالَتْ : طُوْبىَ لِأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهَا وَطُوْبىَ لِأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا وَطُوْبىَ لِأَلْسِنَةٍ تَتَكَلَّمَ بِهَذَا
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala membaca (surah) Toha dan Yasin seribu tahun sebelum Allah menciptakan Adam. Maka tatkala Malaikat mendengar Al-Qur`an, mereka berkata : “Betapa beruntungnya umat yang (Al-Qur`an) ini turun padanya, betapa beruntungnya dada-dada yang membawanya dan betapa beruntungnya lisan yang berbicara dengannya”.”
Dikeluarkan oleh Ad-Darimy 2/547/3414, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 607, Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid 1/403, Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 1/216, Al-‘Uqoily dalam Adh-Dhu’afa` 1/66, Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin 1/108, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 2/476-477/2450 dan dalam Al-Asma` wa Ash-Shifat 1/566-567, Al-Lalaka`iy dalam Syarah Ushul I’tiqod 2/226, Tammam Ar-Razy dalam Fawa`id-nya 1/133/303-305, Al-Qazwainy dalam At-Tadwin 2/475 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhuat no. 238 (cet. Adhwa` As-Salaf)

Pembahasan

Ibrahim bin Muhajir Mungkarul hadits dan Umar bin Hafsh Matrukul hadits (ditinggalkan haditsnya).
Berkata Ibnu Kastir di tafsir surah Thoha : “Ini hadits gharib (asing) dan didalamnya ada nakarah (keanehan) dan Ibrahim bin Muhajir serta gurunya menjadi pembicaraan (ada kritikan,-pent.)”.
Berkata Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala` 10/691 : “Ini hadits mungkar, Ibnu Muhajir dan gurunya keduanya lemah”.
Dan Syaikh Al-Albany dalam Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah no. 1248 menyatakan sanadnya lemah sekali dan beliau menyetujui Ibnu Hibban yang menghukumi konteks hadits sebagai hadits palsu. Wallahu A’lam.

Jalan ketiga : Berkata Abu Ya’la Al-Mushily dalam Mu’jam-nya no. 35 : Menceritakan kepada kami Muhammad bin Azhar Al-Jauzajany, beliau berkata : Menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir dari Makhlad bin Husain dari Hisyam bin Hassan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda : … sama dengan konteks no. [ 13 ]

Pembahasan

Muhammad bin Katsir dalam sanad di atas adalah Muhammad bin Katsir Al-Mishshishy. Dan ia adalah rawi lemah, dimana dia meriwayatkan hal-hal yang mungkar. Di akhir biografi rawi ini dalam Mizanul I’tidal, Imam Adz-Dzahaby menyebutkan hadits di atas dan beliau berkata : “Yang benarnya (adalah) mursal (terputus)”.

Jalan keempat : Dari jalan Humaid Al-Makky maula Ibn ‘Alqomah dari ‘Atho` bin Abi Rabah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 15 ]
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا, وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس.
“Sesungguhnya setiap sesuatu ada jantungnya dan jantung[6] Al-Qur’an adalah Yasin.” Dikeluarkan oleh Al-Bazzar sebagaimana Tafsir Ibnu Katsir.

Pembahasan 

Dalam sanadnya ada rawi bernama Humaid Al-Makky dan dia adalah majhul ‘ain dan meriwayatkan dari ‘Atho` apa-apa yang tidak ada pendukung baginya padahal ‘Atho`adalah rawi yang mempunyai banyak murid. Periksa Tahdzibut Tahdzib, Mizanul I’tidal,  Al-Kamil dan lain-lainnya.

Jalan kelima : Dari jalan Suwaid Abu Hatim dari Sulaiman At-Taimy dari Abu ‘Utsman sesungguhnya Abu Hurairah berkata :
[ 16 ]
مَنْ قَرَأَ يس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ. وَقَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ : مَنْ قَرَأَ يس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ مَرَّتَيْنِ. قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ : حَدَّثْتَ أَنْتَ بِمَا سَمِعْتَ وَأُحَدِّثُ أَنَا بِمَا سَمِعْتُ
“Siapa yang membaca Yasin satu kali maka ia seakan-akan ia telah membaca Al-Qur`an sepuluh kali”. Berkata Abu Sa’id : “Siapa yang membaca Yasin satu kali maka seakan-akan ia membaca Al-Qur`an dua kali”. Berkata Abu Hurairah : “Engkau menceritakan apa yang kamu dengar dan aku juga menceritakan apa yang aku dengar”.”
Dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 2/481/2466.

Pembahasan

Ibnu Abi Hatim bertanya kepada ayahnya Abu Hatim tentang hadits ini maka beliau menjawab : “Hadits MUNGKAR”. Baca Al-‘Ilal 2/67 dan periksa biografi Suwaid pada Mizanul I’tidal .
Berkata Syaikh Al-Albany dalam Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah 10/1/158 setelah menyebutkan perkataan Abu Hatim di atas : “Bahkan ia adalah batil dengan kebatilan yang sangat nampak. Karena bagaimana bisa diterima/difahami bahwa bagian sesuatu mempunyai keutamaan lebih baik atau sama dengan sesuatu itu dua kali (lipat) apalagi sepuluh kali ?! Karena siapa yang membaca Al-Qur`an dua kali berarti ia telah membaca Yasin dua kali maka bagaimana bisa membaca (Yasin) satu kali lebih utama dari membacanya dua kali bersama pembacaan Al-Qur`an dua kali”. 

Jalan keenam :
Dikeluarkan oleh Ad-Dailamy dalam Musnadul Firdaus 4/36/5603 –Firdausul Akhbar- dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
[ 17 ]
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ سَبْعَ مَرَّاتٍ
“Siapa yang membaca Yasin dalam suatu malam maka seakan-akan ia membaca Al-Qur`an (sebanyak) tujuh kali.”

Pembahasan

Bersendiriannya Ad-Dailamy dalam meriwayatkan hadits di atas adalah cukup sebagai bukti  kelemahannya. Dan akan datang tambahan penjelasan tentang hal ini. Wallahu A’lam.


[1] Dalam sebagian sumber : bin Sulaiman
[2] Buku-buku yang berkaitan dengan biografi rawi sengaja tidak disebut jilid dan halamannya karena mencari rawi bisa dilakukan tanpa mengetahui jilid dan halaman, apalagi sebagian buku dicetak dalam cetakan yang berbeda-beda.
[3] Rukun disini maksudnya hajar aswad.
[4] Al-Hasan tidak mendengar dari Jundub sebagaimana dalam Jami’ut Tahshil, dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Nata`ijul Afkar menganggap riwayat ini sebagai riwayat yang salah. Lihat Takhrij Al-Hilaly terhadap kitab ‘Amalil Yaum wal Lailah karya Ibnus Sunny.
[5]  Syaikh Salim Al-Hilaly dalam takhrijnya terhadap kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah karya Ibnus Sunny berkata tentang Abul Awwam : “Saya tidak mengenalnya”. Saya tidak tahu dari sisi mana beliau luput untuk mengetahui biografinya, padahal Abul Awwam termasuk rawi Kutubus Sittah.
[6]  Yaitu inti dan pokoknya. Lihat Faidhul Qodir karya Al-Manawy 2/650 dan Tuhfah Adz-Dzakirin karya Asy-Syaukany hal. 312.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS